Membangkitkan Layanan Cinta di Perpustakaan
Oleh Samsiati Uhibbukafillah
BEBERAPA waktu lalu saya mengikuti Seminar Nasional Perpustakaan
yang diadakan UPT Perpustakaan Universitas Negeri Semarang di
auditorium Unnes. Tema yang diangkat adalah ''Meningkatkan Layanan
Cinta di Perpustakaan''.
Harapan saya mengikuti seminar ini
adalah untuk mendapatkan inspirasi dalam menciptakan lingkungan
perpustakaan yang dicintai oleh siswa dengan bukti banyaknya pengunjung
yang datang tiap hari.
Hal ini senada dengan yang dipaparkan ketua
panitia, Eko Handoyo, bahwa tujuan seminar ini adalah memberi
pemahaman dan pembekalan pada peserta untuk meningkatkan pelayanan
perpustakaan dan memberi motivasi cinta + + di perpustakaan.
UU
Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan juga menjelaskan tentang
pentingnya pemberian layanan prima terhadap pengunjung perpustakaan. Hal
itu bisa disimak Pasal 32 ayat a yang berbunyi, ''Tenaga perpustakaan
berkewajiban memberikan layanan prima terhadap pemustaka.''
Hal
yang sama juga dikemukakan pembicara dalam seminar itu, Mansur Sutedjo,
Kepala Perpustakaan ITS Surabaya, yang menulis buku ''Layanan Cinta
Perwujudan Layanan Prima + + di Perpustakaan''. Menurutnya,
perpustakaan dikatakan sukses apabila koleksi, fasilitas dan layanan
yang ada bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh pengunjung perpustakaan.
Artinya,
kinerja perpustakaan dapat dikatakan prima apabila banyak pengunjung
yang memanfaatkan perpustakaan. Dengan kata lain, pengunjungnya semakin
banyak.
Mengutip pendapat Stew Leonard tentang hukum layanan
pelanggan. ''Hukum pertama, pelanggan selalu benar. Hukum kedua, jika
pelanggan salah, baca hukum pertama.'' Pernyataan tersebut identik
dengan pelanggan adalah raja (Boyce, 2000). Hal itu berarti pengunjung
wajib dilayani dan diperlakukan layaknya seorang raja.
Namun
kenyataannya, banyak pengelola perpustakaan yang belum menerapkan
konsep itu. Pengunjung pun jarang yang enjoy di perpustakaan. Mereka
jarang mengujungi, bahkan ada yang tidak pernah berkunjung di
perpustakaan. Berangkat dari itulah diperlukan trik untuk menarik
pengunjung.
Menurut Mansur Sutedjo, ada dua hal yang perlu
dibangun, yaitu layanan cinta internal dan eksternal. Layanan cinta
internal pustakawan, misalnya membangun karakter, membangun disiplin,
mengadakan kegiatan outbound, senam pagi, family ghatering, dan
pemberian penghargaan.
Layanan cinta eksternal antara pustakawan
dengan pengunjung perpustakaan, contohnya membangun karakter pengunjung,
membangun komunikasi efektif, penyertaan dalam pengembangan fisik,
lomba pengunjung perpustakaan, hadiah insidental, dan fasilitas jasa.
Hadiah
Contoh
yang sudah saya terapkan adalah memberikan bingkisan menarik kepada
tiga siswa teraktif di perpustakaan tiap bulannya. Dengan begitu siswa
berbondong-bondong mengisi buku kunjungan perpustakaan, baca buku, dan
pinjam buku.
Saya juga membuat kuis ''Otakita'' berbentuk
teka-teki silang (TTS) pada siswa. Di bawah soal TTS tertulis
''Jawabannya ada di perpustakaan.'' Siswa yang menjawab benar akan
diundi untuk mendapatkan hadiah buku cerita. Hal ini juga salah satu
cara ampuh menyedot siswa untuk aktif di perpustakaan.
Saya juga
mengadopsi swalayan yang memberikan ucapan salam dan selamat berbelanja.
Saat siswa di depan pintu perpustakaan, saya langsung menyapanya,
''Selamat datang di perpustakaan, selamat membaca buku'', dengan
menerapkan 5 S + TK (senyum, sapa, salam, sopan, santun, dan terima
kasih). Jika siswa pamit atau akan keluar dari perpustakaan, saya akan
mengatakan, ''Terima kasih atas kunjungannya, besok datang lagi ya.''
Hal ini juga didukung program sekolah, yaitu Jumat Baca. Setiap hari jumat, tiap paralel kelas mendapat giliran Jumat Baca.
Pada
sesi akhir, saya memberi pertanyaan seputar judul buku dan isinya. Bagi
siswa yang menjawab benar mendapat hadiah ringan berupa buku, pensil
atau pulpen. Siswa pun semangat membaca buku di perpustakaan. Tak heran
jika jumlah kunjungan siswa mencapai 700-an tiap bulannya.
Begitu
penting dan berharganya perpustakaan, Ray Bradburry dari Amerika
melontarkan pernyataan yang menarik, ''Whitout library, what we have? We
have no past. We have no future.'' (Tanpa perpustakaan, kita mempunyai
apa? Kita tidak mempunyai masa lalu. Kita tidak mempunyai masa depan.
Sistem
perpustakaan yang canggih tidak akan memberi manfaat jika layanan
cinta tidak ada di perpustakaan. Layanan cinta adalah suatu pilihan.
Perpustakaan tanpa kepuasan pengunjung adalah kosong. Mari,
bangkitkan layanan cinta di perpustakaan demi terwujudnya tujuan
keberadaan perpustakaan. (24)
- Samsiati Uhibbukafilllah, pustakawan SDIT Bina Amal Semarang.
Sumber : Suara Merdeka.com
Comments
Post a Comment