Atasan Yang Tahu Beres
Dear All,
Dalam radio talk Smart FM jam 7 pagi tadi (Smart Emotion), ada sms dan telpon yang menarik untuk dibahas, keduanya tentang atasan dan pekerjaan. Atasannya memberikan tugas yang tidak habis2nya sampai membuat mereka frustasi.
Atasannya cuma mau tahu beres saja, tidak peduli dengan keadaan ataupun kesulitan yang dihadapi bawahannya yang manager/ kepala bagian.
Saya sendiri pernah mempunyai atasan seperti itu tapi saya sangat menikmatinya. Loh, kok bisa…..?
Sikap atasan:
· Tidak memberikan arahan.
· Maunya semua beres.
· Semuanya dikerjakan oleh bawahan, jadi tidak jelas apa pekerjaannya.
Saya merasa sangat enjoy dengan boss seperti itu karena:
· Saya bisa melaksanakan tugas ‘dengan cara saya’ (My Way)
· Tidak direcokin oleh atasan.
· Banyaknya tugas membuat saya ‘harus’ mencari cara yang lebih efisien setiap saat, supaya tugas selesai semua dengan kualitas yang baik. Ini menjadi program ‘self development’ yang rutin.
· Secara tidak resmi kita diberikan wewenang yang lebih oleh atasan. Disini saya belajar untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar.
· Biasanya, beliau tidak pernah mempertanyakan hasil kerja saya. Tentunya kita harus memberikan yang terbaik.
· Cukup mengherankan bahwa waktu saya jadi lebih banyak, karena tidak ada waktu terbuang untuk: pembahasan dengan beliau, waktu menunggu dia kapan ada waktu, waktu untuk revisi (terkadang boss cuma mau sesuatu yang sedikit lain dari draft kita…), waktu untuk terima telpon atau panggilan beliau, dan lain2nya. (mungkin banyak yang kurang percaya hal ini ya….? Berbau sedikit paradox memang….)
· Usulan2 diterima langsung oleh atasan, tanpa banyak argumentasi. Disini seakan kita yang me-manage atasan kita, secara tidak langsung. (de jure dia atasan kita, de facto….?)
· Ada kesempatan untuk belajar menjalankan tugasnya atasan…walau dengan gaji yang tidak sama…J sehingga saat kita diserahi posisi beliau, kita sudah siap….toh selama ini kita yang menjadi motor-penggerak nya.
Jadi, kalau rekan rekan punya atasan seperti yang dikeluhkan pendengar Smart FM tadi, jangan mengeluh….kesempatan menanti kita untuk menjadi Pendaki Gunung, yang bisa menikmati keindahan alam dan hawa sejuknya……bukan pelari Maraton, yang estafet terus terusan gak habis habisnya……..
Selayaknya kita berterimakasih kepada atasan kita yang seperti itu. Beliau telah berjasa dalam mengembangkan potensi kita……Yang penting, kita jangan meniru cara kerja beliau, bisa bisa terjadi transformasi dari delegasi ke abdikasi diseluruh jajaran organisasi…..bisa berabe dong!
Dia menang karena bisa nyantai, kita juga menang bisa berkembang….so, jadinya WIN – WIN toh….., kalau begitu, why not?
Best regards,
Eka Wartana
Dalam radio talk Smart FM jam 7 pagi tadi (Smart Emotion), ada sms dan telpon yang menarik untuk dibahas, keduanya tentang atasan dan pekerjaan. Atasannya memberikan tugas yang tidak habis2nya sampai membuat mereka frustasi.
Atasannya cuma mau tahu beres saja, tidak peduli dengan keadaan ataupun kesulitan yang dihadapi bawahannya yang manager/ kepala bagian.
Saya sendiri pernah mempunyai atasan seperti itu tapi saya sangat menikmatinya. Loh, kok bisa…..?
Sikap atasan:
· Tidak memberikan arahan.
· Maunya semua beres.
· Semuanya dikerjakan oleh bawahan, jadi tidak jelas apa pekerjaannya.
Saya merasa sangat enjoy dengan boss seperti itu karena:
· Saya bisa melaksanakan tugas ‘dengan cara saya’ (My Way)
· Tidak direcokin oleh atasan.
· Banyaknya tugas membuat saya ‘harus’ mencari cara yang lebih efisien setiap saat, supaya tugas selesai semua dengan kualitas yang baik. Ini menjadi program ‘self development’ yang rutin.
· Secara tidak resmi kita diberikan wewenang yang lebih oleh atasan. Disini saya belajar untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar.
· Biasanya, beliau tidak pernah mempertanyakan hasil kerja saya. Tentunya kita harus memberikan yang terbaik.
· Cukup mengherankan bahwa waktu saya jadi lebih banyak, karena tidak ada waktu terbuang untuk: pembahasan dengan beliau, waktu menunggu dia kapan ada waktu, waktu untuk revisi (terkadang boss cuma mau sesuatu yang sedikit lain dari draft kita…), waktu untuk terima telpon atau panggilan beliau, dan lain2nya. (mungkin banyak yang kurang percaya hal ini ya….? Berbau sedikit paradox memang….)
· Usulan2 diterima langsung oleh atasan, tanpa banyak argumentasi. Disini seakan kita yang me-manage atasan kita, secara tidak langsung. (de jure dia atasan kita, de facto….?)
· Ada kesempatan untuk belajar menjalankan tugasnya atasan…walau dengan gaji yang tidak sama…J sehingga saat kita diserahi posisi beliau, kita sudah siap….toh selama ini kita yang menjadi motor-penggerak nya.
Jadi, kalau rekan rekan punya atasan seperti yang dikeluhkan pendengar Smart FM tadi, jangan mengeluh….kesempatan menanti kita untuk menjadi Pendaki Gunung, yang bisa menikmati keindahan alam dan hawa sejuknya……bukan pelari Maraton, yang estafet terus terusan gak habis habisnya……..
Selayaknya kita berterimakasih kepada atasan kita yang seperti itu. Beliau telah berjasa dalam mengembangkan potensi kita……Yang penting, kita jangan meniru cara kerja beliau, bisa bisa terjadi transformasi dari delegasi ke abdikasi diseluruh jajaran organisasi…..bisa berabe dong!
Dia menang karena bisa nyantai, kita juga menang bisa berkembang….so, jadinya WIN – WIN toh….., kalau begitu, why not?
Best regards,
Eka Wartana
Comments
Post a Comment